LOVE YOURSELF

Halo, this is rann

Aku membuat story ini untuk menyadarkan kalian bahwa mencintai diri sendiri itu penting. Memaafkan diri adalah hal utama untuk bisa mencintai diri sendiri. Aku juga masih belajar dan terus mencari jati diri. Untuk kalian yang sedang dalam fase sulit, akan mengerti mengapa mencintai diri sendiri itu sangat penting.

Ada titik dimana sulit mampu membuat kamu sadar bahwa hidup tidak melulu harus tentang kebahagiaan.

So, fighting!

You never walk alone, babe 


“Kamu harus belajar mencintai diri sendiri sebelum bisa mencintai orang lain karena saat kita mencintai diri sendiri, kita merasa layak untuk cinta orang lain.”


Bagaimanapun juga, seorang manusia akan tetap menjadi manusia. Setinggi apapun derajatnya bahkan bisa saja menyentuh langit di atas sana, manusia akan tetap berada tidak jauh dari tanah.

Berasal dari tanah, tentu akan kembali ke tanah.

Karena pada dasarnya, kita kembali pada tempat awal. Tidak bisa selamanya hidup di dunia.

Ya bisa saja di dunia. Tapi beda jenisnya. Ingin tahu apa?

DUNIA AKHIRAT.

Sudah sewajarnya seorang manusia itu memiliki rasa iri terlebih orang-orang yang masih punya hati. Tapi ingat, harus iri sesuai porsi. Jangan apa-apa termasuk hal kecil sekalipun mampu membuatmu iri.

Iri saja saat orang lain mampu berpikiran positif sedangkan kamu tidak. Irilah saat orang lain mampu tapi kamu tidak. Tapi masih sewajarnya.

Iri pada sesuatu yang mampu membuatmu maju ke depan bukan lagi-lagi menilik ke belakang.

Intinya, jangan iri jika itu membuatmu menjadi negatif.

Aku cukup percaya pada dongeng indah semacam Cinderella. Cukup kagum pada penulisnya yang mampu membuat pembaca percaya bahwa hidup tidak terus menerus tentang kesedihan. Meski ada beberapa bab yang menyimpan pilu tanpa jeda, tapi akhirnya bahagia datang pada saat yang tepat.

Seperti saat Cinderella bertemu pangerannya.


Aku ini si kaku. Bisa begitu ramah karena ada yang menuntut. Misalnya saja orang baru. Meski tidak secara langsung, tapi aku cukup tahu bahwa orang-orang baru datang mungkin ingin mengenalku.

Pada hari pertama, aku akan seperti itu. Tidak kaku, cenderung banyak bicara dan mencoba akrab. Tapi di hari selanjutnya, akhirnya sifat alamiku yang kerap kali canggung langsung datang begitu saja.

Diam, mendengarkan, mengamati dan terkesan sangat congkak. Itu aku. Tidak munafik. Aku ini salah satu manusia yang sebenarnya tidak begitu peduli. Apalagi dengan hal-hal yang tidak memiliki efek pada diriku sendiri.

Rasa-rasanya, aku ingin mengontrak bumi lalu melarang orang-orang yang berpengaruh negatif untuk datang ke sini. Tapi itu mustahil.

Aku bukan penentu takdir. Tidak punya banyak uang untuk membeli semesta.

Dan yang paling penting, aku ini manusia biasa.

Yang kaku dan ceroboh. Yang sulit menerima orang baru.


Aku tahu kamu pernah berada dalam posisi paling rendah, nyaris sejajar dengan tanah.

Aku juga tahu kamu pernah terbang begitu tinggi hingga hampir menyentuh langit.

Meski tanpa sayap.

Kamu sudah melalui banyak hal-hal sulit dan dituntut untuk terus berdiri tanpa sekali saja menyalahkan takdir.

Jangan berpikir kamu sendirian. Karena nyatanya, banyak orang-orang sama. Hanya saja mereka lebih pintar bersembunyi, sedangkan kamu tidak. Nyatanya mereka lebih pintar menutupi sedangkan kamu seolah ingin semesta tahu bahwa kamu lemah.

Jika kamu ingin dihargai, berusahalah untuk menghargai dirimu sendiri lebih dulu. Tidak ada yang perlu disesali dari dirimu. Karena sekurang apapun itu, kamu tetaplah kamu.

Tidak menjadi masalah jika kamu merasa kesepian. Banyak orang di luaran sana yang sama, tapi begitu pintarnya menutupi itu semua melalui senyuman.

Percayalah, banyak manusia yang mengenakan topeng untuk terlihat baik-baik saja. Sementara mereka belum terlihat rusak topengnya, kamu hanya sedikit lebih awal untuk ketahuan.

Sekali lagi, tidak apa-apa. Karena pura-pura juga tidak akan bertahan selamanya.



Aku tidak haus kepopuleran, tidak juga ingin menjadi sempurna. Bagiku, aku memiliki sesuatu yang cukup istimewa yang tidak mereka miliki dan sesuai porsi.

Tidak juga munafik. Karena kadang ingin berada di posisi orang lain.

Hanya saja, membayangkan menjadi orang lain cukup mengerikan dalam benakku sejauh ini. Menjadi anggun, cantik, elegan dan hal-hal lain yang benar-benar layak dicap sempurna; bukan aku sama sekali.

Aku hanya ingin nyaman tanpa sebuah paksaan. Karena sebenarnya, diriku adalah milikku. Siapa aku yang sebenarnya juga hanya aku yang tahu. terserah dengan mulut besar orang-orang. Memangnya mereka tahu apa? Apa kalian tahu ucapan lebih tajam daripada pisau, sebuah ucapan bisa membunuh tanpa berdarah sedikitpun, namun bisa menyebabkan sebuah luka yang sulit untuk di sembuhkan. 

Kamu tahu, beberapa kata biasanya diketik tanpa perasaan dan tanpa pikir panjang. Tapi imbasnya sangat membekas bagi orang orang yang membaca atau menerimanya.

Ya ... terkadang, mulut dengan tulisan memang berbeda. Hanya saja, tulisan lebih sering menggambarkan dirimu yang sebenarnya, meski tak lantas kamu sedang berpura-pura - manusia mampu memperkirakan dirimu sekalipun sedang berada dari jarak ribuan kilometer jauhnya.

Karena kenyataan yang paling miris adalah saat orang-orang hanya membuat penilaian dari apa yang mereka lihat melalui mata kepala enggan menyelami lebih dalam.

Terlebih, saat mulut sudah diam lantas jari mulai merapal kata. Padahal, senjata mematikan nomor dua setelah lisan adalah tulisan.

Mengerikan.

Manusia bahkan tidak pernah menyadarinya.

Satu-satunya hal yang harus kamu percayai adalah dirimu sendiri, bukan orang lain.

Karena saat kamu berada dalam kegelapan yang mencekam, lalu orang lain datang menawarkan bantuan dan kamu percaya dengan mudahnya, kamu tidak akan tahu apakah orang itu membawa senjata tajam untuk menikammu atau tidak.

Jadi, saat itu tiba, kamu hanya perlu percaya- pada dirimu sendiri, bahwa kamu bisa tetap berjalan meski tanpa penglihatan.

Karena setidaknya kamu masih bisa mendengar bisikan kecil yang keluar dari dasar hatimu yang terdalam.

Dan kenyataan lain yang harus diingat adalah semua orang itu terlahir tampan atau cantik.

Tidak ada yang jelek, sebenarnya.

Hanya saja, mulut manusia memang terlalu besar untuk mengomentari orang lain dengan begitu gamblangnya.

Mereka hanya belum paham mengenai cantik dengan versi masing-masing.

Tidak masalah. Kita hanya kurang beruntung karena terlahir di lingkungan yang hanya melihat secara fisik saja.

Kita hanya kurang beruntung karena nyatanya mereka tidak pernah berkaca lebih dulu sebelum mengomentari hidup orang.


Suatu karya memiliki pengaruh begitu besar dalam hidup manusia.

Percayalah, jika tidak sekarang, mungkin di kehidupan yang akan datang.

Kamu hanya perlu percaya bahwa setidaknya dirimu sudah pernah mengusahakan sesuatu sebaik mungkin pada masanya, bahwa kamu berhak berbangga diri atas dirimu sendiri.

Kamu berhak menemukan jati diri dan hal hal baik lain yang harus kamu miliki.

Tidak. Tolong jangan merasa sangat kecil. Karena suatu saat kamu juga akan tumbuh begitu besar sesuai porsi dan takdir yang telah Tuhan siapkan. Hanya perlu menunggu lalu menerima saat masanya datang.

Anggap saja, hanya dunia yang tidak layak, sementara kita selalu layak kapan saja.

Egois itu perlu, apalagi jika menyangkut kebahagiaan diri sendiri. Asal ... tidak merugikan orang lain.

Ingat, egois juga perlu cerdas. Tidak asal meninggikan ego lantas menyakiti orang tanpa sadar.

Jika seperti itu, bukan egois untuk bahagia, tapi egois mencari penyakit namanya.

Hidup itu memerlukan timbal balik yang seimbang, bukan berat sebelah. Ingat, okay? Saat kamu meremehkan orang lain, kamu juga akan diremehkan kendati bukan sekarang, mungkin di masa yang akan datang.

Jadi sebenarnya, hidup itu hanya soal memberi dan menerima. Itu saja. Dan timbangannya akan seimbang sesuai waktu berjalan.


"Hal paling baik dari yang terbaik-yang pernah aku miliki adalah diriku sendiri."

Bercerminlah, dan ucapkan hal seperti itu sambil melihat tepat pada matamu sendiri saat kamu merasa tidak berguna atau ingin mengakhiri segalanya. Lihatlah ke depan, orang itu membutuhkanmu apapun keadaannya. Karena bagaimanapun juga, dia tidak akan meninggalkanmu sesulit apapun keadaan yang mendera.

Dan dia, adalah bagian dari dirimu yang sewaktu-waktu pernah kamu sesali kehadirannya. Nyatanya, masih bertahan meski berulang kali mencoba untuk menyerah.


Rindu itu, boleh. Tidak masalah. Tapi sesuai porsinya. Jika rindu hanya membuatmu terlena untuk kembali ke masa kelam, itu yang tidak boleh.

Terkadang, rindu melambangkan keinginan seseorang untuk bertemu. Tapi bisa juga rasa syukur karena pernah bersama meski hanya beberapa waktu.

Tidak apa-apa, rindu saja. Tapi ingat, jangan berlebihan.

Beberapa orang beruntung karena terlihat sangat bahagia seolah tidak memiliki beban. Sedangkan lainnya terlihat begitu lemah hanya karena tidak pintar menyembunyikan luka.

Semesta selalu punya cara mengolok-olok manusia menjadi sangat menyebalkan, menjatuhkan, lantas menjadikan kuat dengan cara yang tak terduga. Semesta hanya penuh kejutan, dan kadang, kita masih tidak bisa menerimanya.


Satu-satunya manusia yang berhak menilai dirimu adalah dirimu sendiri, bukan orang lain.

Yang berhak membuat kesimpulan mengenai 'mampu' atau 'tidak mampu' dirimu juga dirimu sendiri.

Mereka tidak tahu apa-apa.

Karena orang yang paling tahu dari yang tahu mengenai kamu, tentu dirimu sendiri.

Jadi, jika mereka membicarakan hal yang tidak benar mengenai dirimu, cukup tersenyum. Jangan buang-buang waktu untuk hal-hal tidak bermanfaat seperti membela diri sendiri seperti itu.

Karena mereka yang tidak menyukaimu, akan tetap berlaku demikian sekalipun kamu menjelaskan hingga mulutmu berbusa.

Terkadang, lebih baik menelan kembali kalimat yang sudah di ujung lidah daripada akhirnya membuat orang lain terluka.

Besi panas yang ditempelkan baik secara sengaja maupun tidak pada tubuh manusia, akan tetap membekas; selamanya.

Sebenarnya, yang menyakitkan bukanlah sebuah kalimat yang terdengar. Tapi orang yang mengatakannya jauh lebih mematikan.

Kalimatnya bahkan tidak berarti apa-apa. Tapi berbeda arti jika yang mengatakannya adalah salah satu orang yang kamu percaya untuk masuk ke dalam lingkup duniamu yang selama ini sangat kamu jaga.

Kamu takut terluka.

Tapi orang yang kamu percaya, dengan mudahnya menjadi seorang pencipta; luka.


Menikmati proses jauh lebih menyenangkan, dibanding hasil tanpa perjuangan. Karena kau tahu? Hidup ini bukan sulap, Sayang. Segala hal tidak bisa kamu dapatkan dengan instan.

You should be better than yesterday. Okay?

I'm not a better than u guys. I'm just ordinary girl, I'm only human. Absolutely, I'm not perfect nobody's perfect. I just don't wanna makes you see my weakness. Bcs I know, that's can being a dangerous gun for me.

The world is a fake and human too.


Kebanyakan dari manusia seringkali mengeluhkan hal yang tidak perlu. Membandingkan dirinya dengan orang lain yang sebenarnya itu pun tidak perlu.

Mengeluh sesekali tidak pernah menjadi masalah atau mengurangi poin hidupmu di mata Tuhan.

Hanya saja, apa itu perlu dilakukan saat kamu sadar satu hal bahwa kamu bahkan masih lebih beruntung dibanding dia? Apa kamu tidak... malu?

Manusia memiliki porsi yang berbeda. Ketika kamu merasa kurang, kamu hanya perlu belajar. Bukan langsung menganggap dirimu terbelakang. Kamu harus percaya bahwa pemilik dirimu yang sebenarnya adalah kamu. Bukan dia atau mereka.

Jadi, kamu bahagia atau tidak, yang memutuskan itu pun dirimu.

Mari belajar mencintai, terlebih diri sendiri.

"Saat mengagumi taman orang lain, jangan lupa merawat bungamu sendiri." 




Halo ....

I'm so thankful to myself, God and also especially, you. Thanks to read this story

Aku sangat berharap bahwa semua hal yang ada di sini mampu membantumu menemukan jati diri atau setidaknya membantumu untuk memulai mencintai diri sendiri dengan langkah dasar; memaafkan, memahami dan menerima.
jelaskan di sini. Tapi akan aku pastikan untuk terus menebarkan hal yang sama seperti ini nantinya.

Dengan adanya ending di sini, bukan berarti aku berhenti buat nyuruh kamu mencintai diri sendiri. Enggak sama sekali.

Aku masih pengin kamu seperti itu; mencintai diri sendiri, percaya diri dan hal hal baik lain yang harus dilakuin sepanjang jantung kamu berdetak hari ini, dan sampai nanti.

Inget, jangan coba-coba lagi ngebandingin diri kamu ke orang lain. Satu hal yang mesti banget kamu percaya, bahwa kamu indah, cantik, berharga sesuai versi kamu sendiri.

Kamu hidup bukan untuk diakui. Bukan untuk mereka yang mempunyai pengaruh negatif. Tapi kamu hidup untuk membuktikan bahwa kamu memang pantas diberi nyawa.


Sampai jumpa lagi..
 
Rann



Komentar